Altcoins Talks - Cryptocurrency Forum
Local => Kripto berita dan diskusi (Bahasa Indonesia) => Diluar Topik => Topic started by: mu_enrico on April 23, 2025, 09:26:08 AM
-
Sudah lama sebenarnya berseliweran konten tentang bagaimana anak SMP & SMA banyak yang ga bisa baca/tulis/hitung (calistung), tapi tadinya ane berpikir itu cuma sebagian kecil saja dan cuma buat konten clickbait.
Tapi ternyata makin kesini kok semakin gawat ini:
- Viral Anak SMP-SMA Tak Bisa Perkalian-Pembagian, Menteri Mu'ti: Jangan Overgeneralisasi! (https://www.detik.com/edu/sekolah/d-7635402/viral-anak-smp-sma-tak-bisa-perkalian-pembagian-menteri-muti-jangan-overgeneralisasi)
- Mendikdasmen Ungkap Alasan 400 Siswa SMP di Bali Tak Bisa Baca (https://www.msn.com/id-id/berita/other/mendikdasmen-ungkap-alasan-400-siswa-smp-di-bali-tak-bisa-baca/ar-AA1DoSgd)
- Penyebab Kegagalan Adopsi Sistem Pendidikan Finlandia di Indonesia (https://www.youtube.com/watch?v=1qDL8bPuj_I)
Ada celetukan kalau mereka ini sengaja dididik untuk menjadi driver ojol sejati oleh Nadiem ;D
Benarkah yang dijadikan konten itu yang disleksia atau berkebutuhan khusus? Ataukah mereka ini normal tapi tidak dididik dengan baik?
-
Sudah lama sebenarnya berseliweran konten tentang bagaimana anak SMP & SMA banyak yang ga bisa baca/tulis/hitung (calistung), tapi tadinya ane berpikir itu cuma sebagian kecil saja dan cuma buat konten clickbait.
Tapi ternyata makin kesini kok semakin gawat ini:
- Viral Anak SMP-SMA Tak Bisa Perkalian-Pembagian, Menteri Mu'ti: Jangan Overgeneralisasi! (https://www.detik.com/edu/sekolah/d-7635402/viral-anak-smp-sma-tak-bisa-perkalian-pembagian-menteri-muti-jangan-overgeneralisasi)
- Mendikdasmen Ungkap Alasan 400 Siswa SMP di Bali Tak Bisa Baca (https://www.msn.com/id-id/berita/other/mendikdasmen-ungkap-alasan-400-siswa-smp-di-bali-tak-bisa-baca/ar-AA1DoSgd)
- Penyebab Kegagalan Adopsi Sistem Pendidikan Finlandia di Indonesia (https://www.youtube.com/watch?v=1qDL8bPuj_I)
Ada celetukan kalau mereka ini sengaja dididik untuk menjadi driver ojol sejati oleh Nadiem ;D
Benarkah yang dijadikan konten itu yang disleksia atau berkebutuhan khusus? Ataukah mereka ini normal tapi tidak dididik dengan baik?
Guru zaman sekarang ini serba salah, beda dengan zaman kita anak kelahiran tahun 80-90an. Dulu, guru ngedidik kita harus bisa, kalau tidak bisa, mistar dan penghapus akan mendarat di badan. Jadi semua murid berusaha bisa berhitung supaya tidak kena pukul pakai mistar atau dilempar penghapus. Orang tua pun sepakat, mereka tidak bisa berbuat banyak jika anaknya kena hukum guru.
Kalau sekarang, Guru memarahi siswa saja, lapor ke polisi. Jadi kalau muridnya tidak bisa berhitung, guru cuma mengulangi, tidak bisa berbuat banyak, takut nanti kena lapor polisi kalau mau nyubit atau ditabok mistar.
-
Guru zaman sekarang ini serba salah, beda dengan zaman kita anak kelahiran tahun 80-90an.
Kalau dari kawan-kawan yang guru, katanya yang berpengaruh paling besar itu ketika tidak ada ancaman tinggal kelas / ga naik kelas. Jadi sekarang sebusuk apapun siswa tetep akan naik kelas. Akibatnya ya kek begini kalau misalnya ga bisa calistung dulu mentok di kelas 2 SD, sekarang bisa naik terus sampai SMA.
-
Guru zaman sekarang ini serba salah, beda dengan zaman kita anak kelahiran tahun 80-90an.
Kalau dari kawan-kawan yang guru, katanya yang berpengaruh paling besar itu ketika tidak ada ancaman tinggal kelas / ga naik kelas. Jadi sekarang sebusuk apapun siswa tetep akan naik kelas. Akibatnya ya kek begini kalau misalnya ga bisa calistung dulu mentok di kelas 2 SD, sekarang bisa naik terus sampai SMA.
Mungkin beda daerah beda kebijakan, karena anak saya bersekolah di SD Negri di sumatera, kebijakan tidak naik kelas itu masih ada, kalau pun mau naik kelas, dengan syarat yang bersangkutan harus pindah sekolah.
-
ada salah satu video yang menayakan tentang negara-negara di eropa yang dilakukan oleh konten kreator dan si anak SMA ini menjawab garut ;D
bagaimana gak terjadi macam kayak gini setiap ganti menteri akan ada pergantian kurikulum
padahal hal dasar perlu ditanamkan kepada anak biar pola pikir mereka tumbuh
jadi sebenarnya yang salah itu apa? sistem atau emang orang-orangnya aja yang malas belajar?
-
Ada celetukan kalau mereka ini sengaja dididik untuk menjadi driver ojol sejati oleh Nadiem ;D
Benarkah yang dijadikan konten itu yang disleksia atau berkebutuhan khusus? Ataukah mereka ini normal tapi tidak dididik dengan baik?
Era Nadiem sudah berakhir, sekarang sudah menteri baru. Anak-anak sudah tidak diarahkan untuk menjadi ojol, tapi diarahkan untuk menjadi TKI. ;D
Harusnya kalau berkebutuhan khusus, mereka di sekolah khusus bukan di sekolah reguler. Bisa saja itu memang fakta kalau banyak siswa yang tidak bisa calistung karena mereka kebanyakan terlalu bergantung ke teknologi.
bagaimana gak terjadi macam kayak gini setiap ganti menteri akan ada pergantian kurikulum
padahal hal dasar perlu ditanamkan kepada anak biar pola pikir mereka tumbuh
jadi sebenarnya yang salah itu apa? sistem atau emang orang-orangnya aja yang malas belajar?
Pemerintah tidak mau disalahkan, mereka serba benar. Yang salah kita yaitu kita menyekolahkan anak-anak ke sekolah umum. Coba kalau di sekolah swasta yang rate bagus, anak-anak sepertinya lebih bagus pendidikannya.
-
jadi sebenarnya yang salah itu apa? sistem atau emang orang-orangnya aja yang malas belajar?
(1) Sistem yang buat orang jadi malas belajar, atau sistem yang buat (2) kalau udah rajin belajar, yang dipelajari salah ;D
Era Nadiem sudah berakhir, sekarang sudah menteri baru. Anak-anak sudah tidak diarahkan untuk menjadi ojol, tapi diarahkan untuk menjadi TKI. ;D
Itu mungkin akan terjadi beberapa tahun ke depan, saat ini hasil "investasi" yang sudah bisa dipetik adalah pasukan siap jadi ojol... wkw
Coba kalau di sekolah swasta yang rate bagus, anak-anak sepertinya lebih bagus pendidikannya.
Mahal gan, artinya sudah disortir duluan di background finansial ortunya. Semakin mahal maka bisa diprediksi kalau gizinya cukup, mampu bayar guru les, dsb. Artinya ya kemungkinan besar jadi orang pinter dan sukses.
-
(1) Sistem yang buat orang jadi malas belajar, atau sistem yang buat (2) kalau udah rajin belajar, yang dipelajari salah ;D
mungkin point 1 dan ke 2 saling berhubungan
sistem yang membuat malas belajar, kita tahu sendiri sendiri di negeri ini seperti apa
full day sekolah hanya untuk belajar teori, hapalan tanpa ditanamkan hal dasar yang penting yaitu keterampilan
nampaknya pemerintah sengaja supaya generasinya gak berkembang (stuck)
kalau sudah jadi pintar masuk pemerintah pun sudah jadi boneka yang dikontrol
makanya banyak aktivis yang dulu mengulingkan rezim sebelumnya setelah terpilih malah pas duduk dikursi empuk
malah lupa sama daratan
-
ada salah satu video yang menayakan tentang negara-negara di eropa yang dilakukan oleh konten kreator dan si anak SMA ini menjawab garut ;D
bagaimana gak terjadi macam kayak gini setiap ganti menteri akan ada pergantian kurikulum
padahal hal dasar perlu ditanamkan kepada anak biar pola pikir mereka tumbuh
jadi sebenarnya yang salah itu apa? sistem atau emang orang-orangnya aja yang malas belajar?
Ya yang jelas sistemnya dong. Saya pernah kerja di luar negeri, Jepang, kalau saya bandingkan kemampuan otak mereka sama orang Indonesia, hampir sama, bahkan lebih cepat nangkap orang Indonesia dibanding orang Jepang. Namun karena sistem pendidikan kita ini acak kadul alias berantakan, membuat SDM kita ini jadi "bodoh"
-
Guru zaman sekarang ini serba salah, beda dengan zaman kita anak kelahiran tahun 80-90an. Dulu, guru ngedidik kita harus bisa, kalau tidak bisa, mistar dan penghapus akan mendarat di badan. Jadi semua murid berusaha bisa berhitung supaya tidak kena pukul pakai mistar atau dilempar penghapus. Orang tua pun sepakat, mereka tidak bisa berbuat banyak jika anaknya kena hukum guru.
Masalahnya ada perbedaan terhadap persepsi seorang guru dan tidak ada perlindungan hukum khusus untuk profesi guru. Kalau dulu, guru dianggap serba benar dan guru benar-benar dihormati sebagai seseorang yang berperan besar untuk menjadikan anak pintar. Sekarang ini guru hanya dianggap sebagai salah satu media untuk menjadikan anak pintar. Guru juga dianggap serba kurang karena anak-anak dan orang tua merasa serba tau dari YT atau bacaan artikel. Jadinya orang tua dan murid ini sangat kurang penghargaannya ke guru. Di sisi lain, kalaupun ada problem, tidak ada perlindungan khusus dari pemerintah terhadap gurunya. Makanya kalau guru vs murid dari kalangan orang berada, guru pasti jadi tersangkanya.
-
Guru zaman sekarang ini serba salah, beda dengan zaman kita anak kelahiran tahun 80-90an.
Kalau dari kawan-kawan yang guru, katanya yang berpengaruh paling besar itu ketika tidak ada ancaman tinggal kelas / ga naik kelas. Jadi sekarang sebusuk apapun siswa tetep akan naik kelas. Akibatnya ya kek begini kalau misalnya ga bisa calistung dulu mentok di kelas 2 SD, sekarang bisa naik terus sampai SMA.
Mungkin beda daerah beda kebijakan, karena anak saya bersekolah di SD Negri di sumatera, kebijakan tidak naik kelas itu masih ada, kalau pun mau naik kelas, dengan syarat yang bersangkutan harus pindah sekolah.
Mana ada yang gak naik kelas , kalau sampai gak naik kelas sekolah tersebut dinyatakan gagal dalam mendidik anak , KKM aja ada minimal nya , kalau ditempat anak saya sekolah SD minimla 7,5 nilai dirapot, saya juga bingung melihat anak zaman sekarang buku nya belibet sulit dipahami gak seperti zaman dulu , detail dalam penjelasan ini butuh buka google dulu baru bisa dicerna pelajaran nya ,
Kalau masalh pendidika n indonesia sangat buruk kurikulumnya semenajak nadiem yang jadi metri pendidikan otak orang tua ikut belajar lagi
-
Itu mungkin akan terjadi beberapa tahun ke depan, saat ini hasil "investasi" yang sudah bisa dipetik adalah pasukan siap jadi ojol... wkw
Pasukan ojol masih mending, daripada pasukan mabar yang gak ada kerjaan. Sudah terlalu banyak pengangguran gara-gara salah program pendidikan. Belum lagi makin banyak perusahaan tutup karena ulah pemerintah sendiri. Investasi kita sekarang ini cuman investasi utang ke Cina.
Mahal gan, artinya sudah disortir duluan di background finansial ortunya. Semakin mahal maka bisa diprediksi kalau gizinya cukup, mampu bayar guru les, dsb. Artinya ya kemungkinan besar jadi orang pinter dan sukses.
Kalau ditanya ke pak menteri, paling bakal dijawab salah sendiri miskin gak punya uang. Gak bakal mahal kalau penduduk Indonesia punya uang. Jadi ya tetap salah kita lagi, gan. :D
Ya. Hanya kalangan tertentu yang bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Padahal kayaknya pendidikan ini harusnya dijamin negara dan ada pemerataan ke semua level ekonomi. Kalau cuman yang kaya yang dapat pendidikan bagus, bagaimana nasib masyarakat kelas bawah. Yang pinter cuman yang kelas atas, generasi kelas bawah cuman jadi babu. :'(
-
Guru zaman sekarang ini serba salah, beda dengan zaman kita anak kelahiran tahun 80-90an.
Kalau dari kawan-kawan yang guru, katanya yang berpengaruh paling besar itu ketika tidak ada ancaman tinggal kelas / ga naik kelas. Jadi sekarang sebusuk apapun siswa tetep akan naik kelas. Akibatnya ya kek begini kalau misalnya ga bisa calistung dulu mentok di kelas 2 SD, sekarang bisa naik terus sampai SMA.
Mungkin beda daerah beda kebijakan, karena anak saya bersekolah di SD Negri di sumatera, kebijakan tidak naik kelas itu masih ada, kalau pun mau naik kelas, dengan syarat yang bersangkutan harus pindah sekolah.
Mana ada yang gak naik kelas , kalau sampai gak naik kelas sekolah tersebut dinyatakan gagal dalam mendidik anak , KKM aja ada minimal nya , kalau ditempat anak saya sekolah SD minimla 7,5 nilai dirapot
Kalau dari temen-temen ane guru di Jawa ya emang begitu, tapi ya ndak tau kalau di Sumatera seperti yang agan Chikito bilang. Kalau masih ada tinggal kelas di Sumatera maka bisa dipahami kalau yang di daerah tsb semua bisa calistung. Logika yang paling masuk akal ya itu semua dinaikin, semua dilulusin, sehingga yang bottom feeder ga bisa calistung akan bisa survive sampai sekolah menengah.
Itu mungkin akan terjadi beberapa tahun ke depan, saat ini hasil "investasi" yang sudah bisa dipetik adalah pasukan siap jadi ojol... wkw
Pasukan ojol masih mending, daripada pasukan mabar yang gak ada kerjaan. Sudah terlalu banyak pengangguran gara-gara salah program pendidikan. Belum lagi makin banyak perusahaan tutup karena ulah pemerintah sendiri. Investasi kita sekarang ini cuman investasi utang ke Cina.
Betul, dan bukannya ane merendahkan profesi ojol ya guys... cuma jokesnya adalah mantan mendikbudristek Nadiem -> ojol.
-
Masalahnya ada perbedaan terhadap persepsi seorang guru dan tidak ada perlindungan hukum khusus untuk profesi guru. Kalau dulu, guru dianggap serba benar dan guru benar-benar dihormati sebagai seseorang yang berperan besar untuk menjadikan anak pintar. Sekarang ini guru hanya dianggap sebagai salah satu media untuk menjadikan anak pintar. Guru juga dianggap serba kurang karena anak-anak dan orang tua merasa serba tau dari YT atau bacaan artikel. Jadinya orang tua dan murid ini sangat kurang penghargaannya ke guru. Di sisi lain, kalaupun ada problem, tidak ada perlindungan khusus dari pemerintah terhadap gurunya. Makanya kalau guru vs murid dari kalangan orang berada, guru pasti jadi tersangkanya.
Ortu ketika anaknya sekolah melepaskan begitu saja ke gurunya tanpa ada didikan tambahan bagi mereka. sehingga anak-anak sangat tergantung pada gurunya. Di sisi lain, Ortunya juga cuek, kalau ada PR yg tdk anak-anak ketahui, Ortunya juga gak paham, karena pelajarannya beda dengan yang mereka terima dahulu.
Untuk ilmu yang murid terima dari teknologi seperti youtube, sebenarnya bagus, namun perlu difilter ulang supaya tidak kebablasan.
-
Mana ada yang gak naik kelas , kalau sampai gak naik kelas sekolah tersebut dinyatakan gagal dalam mendidik anak , KKM aja ada minimal nya , kalau ditempat anak saya sekolah SD minimla 7,5 nilai dirapot
Kalau dari temen-temen ane guru di Jawa ya emang begitu, tapi ya ndak tau kalau di Sumatera seperti yang agan Chikito bilang. Kalau masih ada tinggal kelas di Sumatera maka bisa dipahami kalau yang di daerah tsb semua bisa calistung. Logika yang paling masuk akal ya itu semua dinaikin, semua dilulusin, sehingga yang bottom feeder ga bisa calistung akan bisa survive sampai sekolah menengah.
Nah dianaikan dan dibantu , sama dengan anda guru disini juga sama jika tidak dibantu anak anak sekarang itu tidak ada yang lulus sempurna seperti era 90an , dimana anak2 yang sekolah jika mau ulangan ada yang namanya sisitem SKS tapi menurut ku ini efektif dibanding sekarang , jadi wajar saja kalau masih ada anak yang tidak bisa calistung ,
Orang tua sebenarnya harus bijak dan menerima apa yang diinfokan guru bukan ada laporan dari anak langsung lapor kekerasan apalah ,
Era 90 dicubit di strap udah hal yang wajar tapi dapat dilihat lulusan 90 siap mentalnya dibanding era milenium
-
Betul, dan bukannya ane merendahkan profesi ojol ya guys... cuma jokesnya adalah mantan mendikbudristek Nadiem -> ojol.
Ya, Ojol bukan perkerjaan buruk, kan itu juga jelas halal. Saya paham agan niatnya cuman untuk jokes, bukan benar-benar serius. Tapi serius juga ya gak ada masalah.. ;D
Orang tua sebenarnya harus bijak dan menerima apa yang diinfokan guru bukan ada laporan dari anak langsung lapor kekerasan apalah, Era 90 dicubit di strap udah hal yang wajar tapi dapat dilihat lulusan 90 siap mentalnya dibanding era milenium
Beda jaman, gan. Dulu orang tua bisa bijak karena mereka masih bagus akhlaknya. Sekarang banyak orang tua dari generasi milenial, mereka yang gampangan esmosi kalau ada masalah. Beda dengan ortu jaman dulu yang bisa berpikir lebih jernih dan percaya ke kapasitas gurunya.
-
Ini nyata Om, kondisi pendidikan sekarang itu emang serumit itu.
Emang ada beberapa kebijakan yang pada realitanya justru membuat kondisi pendidikan kita sungguh terpuruk.
Misalnya gini:
- Kurikulum TK itu tidak memperbolehkan anak-anak belajar calistung, tetapi pas di SD, itu kurikulumnya sudah yang membuat materinya butuh pemahaman yang luar biasa, butuh sudah bisa langsung baca, nggak cuma ini Budi, ini Bapak Budi, tetapi udah langsung ke penalaran dengan jumlah beberapa kalimat. terlebih kalau sudah kelas 3 SD, itu beneran kayak sudah soal-soal SMP yang butuh penalaran dan bacaan panjang.
- di sisi lain, anak-anak belum siap, guru SD juga kerepotan karena mendidik dan mengajari anak sebanyak itu tidak semudah itu, ditambah beban administrasi yang banyak, akhirnya ya, hanya emmang anak-anak yang emang bisa mengikuti saja yang berkembang, sedangkan anak-anak yang sukanya masih bermain ya udah, kurang berkembang dna susah buat ngikutin materinya
- Sedangkan di sisi lain, para guru itu disibukkan dengan berbagai administrasi dan juga webinar-webinar untuk melengkapi administrasinya. Mungkin bagi beberapa guru itu mudah, tetapi ada banyak sekolahan yang dengan guru-guru tua, murid banyak, dan nggak sempat untuk mengerjakan administrasinya dengan optimal.
- sedangkan di sisi lain juga nih, anak-anak ketika mereka tidak bisa dan nilainya kecil-kecil, maka mereka tetap naik kelas, bisa atau nggak bisa calistung, jadi, para guru harus mendongkrak nilai mereka yang penting bisa naik kelas atau lulus, nggak ada sistem kayak dulu yang kalau nggak bisa ya nggak naik kelas, ini berpengaruh banget, karena mentalitas anak dan orang tua ya bakalan adem ayem, pasti naik kok, pasti lulus kok. gitu
- terlebih dengan kurikulum merdeka ini, anak-anak beneran merdeka, mereka tidak boleh ditekan, jadi ya, bebas bebas aja.
Oh iya, sebenarnya, kondisi anak-anak gak bisa calistung itu juga memang bisa jadi dari beberapa faktor ya, tidak hanya kondisi dan kemampuan anak-anak tersebut, kurikulum, atau gurunya, dan prosesnya, tetapi peran orang tua juga sangat penting, ketika orang tua acuh, maka sangat memungkinkan perkembangan anak-anak itu sangat lambat.
Aku punya cerita real yang aku alami pas lagi pada ngumpul POMG sekolah, jadi, memang ada beberapa orang tua yang bertanya kenapa anaknya kok gak naik-naik untuk bacaan Iqronya atau buku membacanya, cuma nambah beberapa halaman saja. dan mereka menyalahkan gurunya kenapa kok sampai gak naik-naik, nggak ada perkembangan.
nah, saat itu, sudah diberi penjelasan karena anak-anak tersebut memang ketika disuruh mengaji atau membaca di sekolahan itu malahan ada saja dramanya, cuma fokus main, lari-lari dan nangis-nangis, blas nggak mau, dan kalau sudah bad mood, langsung gak mau ngapa-ngapain, sedangkan guru juga harus fokus ke beberapa murid. Makanya guru tersebut juga meminta kerjasama dengan orang tua, untuk juga membantu anak-anak belajar di rumah,
tapi, jawaban ter gong beberapa orang tua tersebut adalah:
- wah nggak punya waktu e bu, makanya ta sekolahin biar pinter, soalnya kita orang tuanya udah kerja, jadi nggak sempet ngajarin anak-anak, kalau dah malam dah capek kalau mau ngajarin anak. nah ini yang sangat perlu diperhatikan ya, keacuhan orang tua terhadap perkembangan anak juga sangat berpengaruh.
- Saat ditanya apakah ikut TPA atau enggak, jawabannya dengan santainya nggak ikut, soalnya cuma rame aja, nggak bisa nungguin soalnya masih banyak kerjaan juga.
- Intinya beberapa orang tua itu hanya mau tahu karena sudah bayar ke sekolah (yang notabene cukup kecil nominalnya), maka semua hal diserahkan ke sekolah, bahkan mereka dengan sadar bilang kalau nggak pernah ngecek tas anak-anak mereka isinya apa aja dan bukunya kayak mana, makanya pas sekali cek kok cuma nggak ada perkembangan. ;D ;D ;D
aduh, pokoknya kalau berbicara soal pendidikan sekarang tuh gimana ya, greget aja.. ;D ;D
-
Ortu ketika anaknya sekolah melepaskan begitu saja ke gurunya tanpa ada didikan tambahan bagi mereka. sehingga anak-anak sangat tergantung pada gurunya. Di sisi lain, Ortunya juga cuek, kalau ada PR yg tdk anak-anak ketahui, Ortunya juga gak paham, karena pelajarannya beda dengan yang mereka terima dahulu.
Tidak semua yang seperti itu. Banyak juga ortu yang care dengan proses pembelajaran anak-anak di sekolah. Banyak juga anak-anak yang innovatif dan bahkan punya caranya sendiri dalam belajar. Yang beda yaitu cara pandang ke guru, dulu guru sangat dihormati. Beda dengan sekarang, guru dianggap hanya profesi biasa seperti yang lainnya. Ini yang saya maksud.
Untuk ilmu yang murid terima dari teknologi seperti youtube, sebenarnya bagus, namun perlu difilter ulang supaya tidak kebablasan.
Betul. Filter utamanya ada di ortu. Untuk hal ini, guru hanya sebagai support. Lebih baik anak-anak ini tidak dibekali HP canggih, kalau memungkinan pake yang fitur standar saja. Juga kalau bisa dibatasi akses browsingnya dan dipantau pake alat tertentu. Ini untuk mencegah kemungkinan penggunaan yang salah arah.