Hehehe, yups benar adanya. Dulu, di perusahaan saya, teman saya orang Jepang ada yang bunuh diri, lama dia gak masuk-masuk, ada sekitar 2 minggu gak ada kabar. Istrinya pun datang ke perusahaan untuk menanyakannya, perusahaan juga tidak tahu apa-apa. Setelah lapor polisi, tidak lama dia diWord blocked to prevent spamkan tewas gantung diri di hutan. Kabar yang beredar dia stress karena tidak mencapai target kerjaan. Padahal dia itu termasuk berprestasi, selalu jadi karyawan terbaik tiap tahun, namun karena 1 atau 2 kali tidak capai target, dia bunuh diri. Gila betul.
dari cerita anda bisa disimpulkan bahwa budaya malu dengan apa yang dilakukan sangat melekat dan bisa berujung dengan tindakan yang mereka anggap sepandan dan melakukan bunuh diri.
tentunya bisa diambil hasil yang positip saja bahwa kalau pekerjaan yang diemban tidak tercapai maka ada rasa untuk mempertanggung jawabkan tetapi tidak dengan tindakan yang frontal menurut saya [bunuh diri] sangat tidak baik seharusnya cukup dengan mengundurkan diri maka lebih elegant.
Mereka memiliki budaya malu yang sangat tinggi, namun tidak ditopang sama Agama yang kuat, sehingga kelebihan tersebut jadi tidak bearti apa-apa. Di perusahaan tempat saya bekerja dulu, hampir 50% orang jepangnya tidak ada agama, namun walau pun tidak beragama, mereka akan ikut acara-acara keagamaan seperti budha, sinto, bahkan merayakan juga Natal. Ketika Ramadhan, pernah teman saya orang jepang ikut puasa, namun batal di tengah hari karena gak kuat, padahal kita sahur bareng (karena dia nginap semalam di apartemen saya)