BTW bahasa translate nya agak berantakan, gan. Agak sulit dimengerti.
Maaf untuk teks yang berantakan, saya bukan penutur asli bahasa Indonesia. Saya menggunakan alat penerjemah untuk ini. Karena saya sendiri seorang penerjemah, saya suka pergi ke berbagai komunitas dan mencoba berbicara dalam bahasa mereka. Kebiasaan buruk, kurasa.
Ya, ada beberapa kata yang terasa jadi aneh semisal "fungsi bunuh" pada salah satu fitur yang ada pada VPN, namun saya memahami maksudnya.
Lama kelamaan jika rutin berdiskusi dengan bahasa Indonesia, jika terdapat kekeliruan atau kalimat yang kurang pas, kemudian mendapat beberapa koreksi dari penutur bahasa asli, nanti Anda bisa belajar memperbaikinya.
VPN bisa melindungi privasi user, tapi bisa juga VPN malah mengambil informasi data user itu sendiri. Jadi harus selektif juga dalam memilih VPN, jangan asal pake VPN.
Apalagi yang free ya. Alternatif VPN berbayar yang murah dan peka terhadap privasi sekarang udah lumayan banyak juga, jadi ga sesulit dulu kalau mau nyari VPN yang kemungkinan ngambil data pelanggannya kecil sekali. Dalam beberapa kasus bahkan udah ada yang pernah digeledah sama agen pemerintah tapi ga ngasih data apa" kaya Mullvad[1]. CMIIW.
-snip-
[1] https://mullvad.net/en/blog/mullvad-vpn-was-subject-to-a-search-warrant-customer-data-not-compromised
Jika melihat kebijakan yang diterapkan Mullvad pada quote berikut:
We collect no data
As detailed in our no logging data policy, we go to great length in order to not collect and store data about our users' activities and identities. As a result, there is simply no data to request, nor confiscate in the case of physical seizure of a server.
When governments do request data, we refer them to our policy and explain that we have no information to hand over.
Dengan kata lain, Mullvad tidak menyimpan data customer.
Agak bertolak belakang jika ada penyedia VPN menyimpan activity log dari user padahal VPN itu sendiri salah satu fungsinya untuk privasi.